Dear healthy people, waktu lebaran lalu saya sempet silaturahmi sama temen SMA nya Suami, beliau itu kan Bidan dan sharing pengalaman gigi anaknya yang seolah rusak padahal nggak pernah makan gula, cokelat, permen yang menyebabkan kerusakan gigi. Saya percaya beliau itu pintar mengurus anak, selalu membuat makanan home made bahkan saat ketemu di Ciwalk waktu itu.
Saat konsultasi ke Dokter gigi, katanya bisa disebabkan oleh ASI juga, jadi setelah minum ASI, jangan lupa minum air putih. Kalau Gen Alhamdulillah sih giginya tumbuh baik meskipun nggak pernah minum air putih setelah ASI. Belajar dari pengalaman tersebut, temen Suami saya itu menyarankan agar Gen juga periksa ke Dokter gigi saja, jangan sampai terlambat menunggu gigi anak rusak. Iya juga sih ya kan memang harus periksa gigi itu enam bulan sekali. Sebenarnya saya pribadi nggak takut sih ke dokter gigi, cuma takut bayarnya ups, maaf ya.
Gigi geraham ujung atau gigi bungsu saya tidak tumbuh baik seperti seharusnya jadi harus dicabut saat 2013 lalu, perih dan bayarnya mahal sekitar Rp 600.000 itu pun operasinya di FKG, jadi oleh Dokter dibantu Mahasiswa Kedokteran Gigi Unpad yang sedang koas. Kalau di RSGM atau Dokter Gigi pasti bisa mencapai 2 jutaan untuk mencabut 1 gigi. Sejak operasi tersebut saya berdoa pada Tuhan agar 3 geraham lainnya tumbuh dengan baik dan benar karena saya capek kalau harus dicabut lagi nggak mau, cape pemulihan, ngeri pas operasi lihat gunting mau nangis, serta bayarnya juga lumayan kan, 2018 gitu, dollar naik dan kebutuhan naik otomatis susah turun lagi kalau masalah harga.
Sampai 2016, saya feeling akan hamil jadi sebelum hamil saya ingin periksa gigi seperti membersihkan karang gigi serta menambal Abrasi gigi. Kami menghabiskan dana Rp 400.000 berdua untuk scaling dan tambal Abrasi. Fuih lumayan kan, padahal kami punya BPJS tapi malas ngantri, akhirnya ke Drg Mirza yang ramah dan ruangannya bersih rapi kayak salon kecantikan, katanya sih gigi saya tinggal di behel aja, semua Drg memang selalu menyarankan begitu, ada sih dana tapi nggak mau maksain seakarang kalau untuk estetika gigi, segini juga udah cantik khan? Haha.
Kemarin-kemarin saya merasakan ngilu gigi geraham karena 3 gigi bungsu saya tumbuh barengan! Kemudian ada geraham mulai bolong. Kebetulan nih, Gen kan giginya sudah 8, pengen sekalian cek juga. Karena Gen belum punya BPJS jadi mau saya bawa ke Puskesmas terdekat saja, sambil Suami berangkat kerja kan bisa diantar soalnya searah dengan kantor.
Seperti biasa, ngantri dan penuh, daftar umum ke poli gigi berdua, ternyata saya dan Gen bisa langsung masuk, ada dua orang di poli gigi. Keduanya keheranan karena anak saya yang baru 16 bulan juga akan diperiksa.
👭Baru 16 bulan sudah rusak giginya? Kata salah seorang dari mereka.
👩Nggak bu, saya ingin periksa aja.
👭Yasudah gendong saja anaknya nanti nangis.
Dan memang Gen sudah merasa tidak nyaman, akhirnya saya diperiksa sambil menggendong Gen. Wanita tua yang memeriksa saya mengatakan kode pada wanita yang lebih muda, mereka sepakat kalau geraham yang bolong tidak bisa ditambal karena gigi saya terbelah dua, malah bilang makan apa sampai belah gitu? What? Saya shock karena saya tidak makan batu. Ternyata Si Wanita muda yang dari tadi asyik main hp itu adalah Dokternya, saya takut sama alisnya yang galak. Beliau bilang kalau gigi kayak gitu harus dicabut dan di rontgen terlebih dahulu.
👩Oh saya sudah pernah rontgen Dok.
👭Kapan?
👩Sudah lama sih.
👭Nggak bisa, 6 bulan sudah expired. Jutek abisss.
👭Nggak sakit kan? Kalo nggak sakit nggak akan dikasih obat.
👩Lalu anak saya nggak akan diperiksa?
👭Nggak ada keluhan mah nggak usah diperiksa, nanti trauma.
Emang sih Gen sampe ketakutan nggak mau buka mulut sama sekali.
Pertanyaan nya: SIAPA SIH YANG PERTAMA KALI NYURUH KALO MASYARAKAT HARUS PERIKSA GIGI 6 BULAN SEKALI? Kalau ada Papi, pasti Drg itu akan diam seribu bahasa, masa percaya saja sama asisten yang sudah tua? Emangnya ini darurat, Drg sibuk apa sih, nggak ada pasien lain tapi nggak mau periksa sama sekali.
Saya tuh denger cerita sahabat yang sudah ibu-ibu juga, anaknya sakit gigi dan biayanya semakin mahal kalau udah harus ke Dokter gigi, apalagi kalau yang tempat praktiknya indah ada playground-nya hehe. Makanya saya tuh prepare nih, apa Dokter Puskesmas nggak dilatih buat membujuk anak bayi? Saya langsung pamit dan keluar ruangan dengan kecewa pada pelayanan poli gigi tersebut, saya WA Suami dan beliau bilang, pantas saja praktik nya di Puskesmas, bukan di RS mahal.
Ugh. Saya merasa jengkel dan tidak belajar dari pengalaman. Dulu sebelum operasi geraham saya juga sempet ke Puskesmas dulu, tapi malah disuruh ke FKG karena alat nggak lengkap. Kemudian saat vaksin Gen, di Puskesmas juga mendapat makian karena saya tidak datang saat dipanggil, padahal waktu itu saya sedang menyusui. Oke fix, saya nggak akan mau ke Puskesmas lagi, lebih baik sehat dan jangan sampai sakit.
Saya penasaran banget, separah itu kah gigi saya? Masa harus dicabut tanpa diperiksa sama sekali oleh Dokter yang tadi? Ya Allah saya langsung minta izin sama Suami via WA agar saya menuju klinik BPJS. Setelah diantar Ojek Online, saya pun menunggu terlebih dahulu untuk mendapatkan nomer antrian. Alhamdulillah dapat nomer 8 dan saat itu sudah nomer 6. Sekitar 30 menit menunggu sambil bermain bersama Gen, kami pun masuk ruangan Dokter gigi. Kok suaranya familiar ya, oh ternyata ini adalah Drg. Mirza yang pernah scaling gigi saya dan Suami sebelum saya hamil.
Drg. Mirza itu ramah banget, dengan aksen Jawa yang kental beliau mempersilakan saya diperiksa sambil menggendong Gen. Beliau bertanya keluhan apa dan saya nggak cerita habis shock dari Puskesmas dong hahha. Beliau kemudian menambal geraham kiri dan kanan dengan cepat namun teliti, hanya butuh waktu 20 menit saja saya pun bahagia sekali karena nggak ada tuh istilah gigi saya kebelah dua. Mungkin nanti Gen kalau periksa gigi ke Drg. Mirza saja ya soalnya bisa merayu anak. Gen mau membuka mulutnya meski waktu itu nggak diperiksa, Gen nyaman dan Alhamdulillah baik banget saat Drg sedang menambal gigi saya.
Sebelum pamit, Drg juga menjawab pertanyaan saya perihal menjaga gigi anak yaitu dengan menggosok giginya setiap malam sebelum Gen tidur. Makasih Drg. Mirza, I love you full. Karena menggunakan BPJS, jadi saya tidak mengeluarkan biaya lagi ya. BPJS itu bukan berobat gratis lho, setiap bulan gaji Suami dipotong buat BPJS dan karena prinsip Gotong royong maka uang tidak akan kembali karena katanya uang kita bisa digunakan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu untuk berobat, ya semoga saya BPJS amanah dan nggak Defisit terus. Lagian, siapa sih yang mau sakit? Saya ingin sehat selalu agar bisa mendampingi kesuksesan anak dan Suami.
Hikmah dari tulisan ini adalah:
- Nakes itu harus ramah dan profesional, mau digaji besar atau kecil, mau ditempatkan di kota maupun di desa, itu adalah konsekuensi pekerjaan, jadi kalau melayani masyarakat dengan judes, nggak peduli yasudah nggak usah kuliah capek-capek jadi Nakes.
- Semoga pemerintah juga memberikan fasilitas kesehatan yang komplit dan merata di setiap Puskesmas. Saya nggak tahu apakah pengalaman bertemu Drg aneh itu hanya di Puskesmas Bandung Barat saja atau semuanya?. Soalnya mertua saya juga nggak dapet pelayanan baik dari Drg Puskesmas, sepertinya beliau nggak mau menangani yang rumit-rumit. Adik saya malah diperiksa sambil berdiri.
- Penting sekali periksa gigi apalagi jika akan program hamil karena jika Bumil sakit gigi, akan berabe. Kemudian kita sebagai orang tua juga jangan malas menggosok gigi anak, karena sakit itu akan lebih mahal biayanya.
- Meneladani Drg. Mirza yang tidak membeda-bedakan pasien, mau umun atau pakai BPJS.
- Habis hujan mumcul pelangi, bersyukur saja. Orang lain sakitnya parah, nggak punya uang, banyak hutang, stress dan adapula saudara kita yang sedang ditimpa bencana alam.
Oke, sekian pengalaman saya menambal gigi geraham menggunakan BPJS, semoga kita semua sehat selalu, punya gigi bagus sampai tua supaya bisa makan enak dan sehat. Terima kasih telah berkenan membaca, salam.
Baca dulu yuk!