Seni Menikmati Hidup di Tengah Pandemi
Tahun 2020 merupakan tahun yang sulit untuk dilupakan. Bagaimana tidak, pandemi Covid-19 membuat kita harus beradaptasi. Meskipun di rumah saja, bukan berarti kita hanya diam berpasrah diri pada keadaan, justru pandemi ini adalah kesempatan untuk kita menjadi lebih baik lagi.
Perbedaan antara sebelum dan sesudah pandemi di mata Ibu Rumah Tangga sepertiku, efeknya tidak terlalu besar. Aku memang sudah terbiasa membersamai anak di rumah, bekerja paruh waktu sebagai Blogger dan menerima job review produk, yang pemotretannya lebih banyak dilakukan di rumah. Aku sesekali keluar rumah hanya untuk membeli sayur ke warung dekat rumah dan belanja ke Supermarket sebulan sekali. Sejak pandemi, aku jadi lebih membatasi diri untuk keluar rumah, jika tidak ada kepentingan mendesak.
Memang pada awalnya aku sempat panik, takut dan langsung terkena flu, namun seiring berjalannya waktu, aku berpikir bagaimana caranya agar aku bisa hidup tenang dan bahagia bahkan saat pandemi melanda. Aku mulai belajar ilustrasi digital karena bagiku Art is therapy, selain itu aku dan Suami juga gemar berkebun dan membaca buku. Syukurlah ada buku, yang menemaniku beradaptasi selama pandemi ini yaitu buku berjudul Seni Hidup Bersahaja: 100 Praktik Harian untuk Tenang dan Bahagia karya Shunmyo Masuno.
Membaca buku Seni Hidup Bersahaja bisa dinikmati sambil mengasuh anak, bahasanya ringan dan sebenarnya sudah sering dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Namanya juga hidup, harus terus belajar dan diingatkan untuk bersyukur. Kutipan favoritku dari buku ini adalah:
"Saat ini banyak orang kehilangan pijakan, mereka mencari sesuatu yang luar biasa demi kesehatan mental. Namun saat kembali, stress lagi. Jika dunia tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan, mungkin lebih baik kita lah yang mengutamakan diri sendiri. Setelah itu, apapun dunia yang kita temui, kita tetap bisa bergerak menjalaninya dengan mudah dan nyaman"
Aaaah... Kutipan tersebut relatable dengan kondisi seperti sekarang. Iya, kata bersahaja lebih ajaib rasanya untuk menggapai ketenangan dan kebahagiaan sejati. Berbeda denganku, Suamiku tetap harus keluar rumah untuk bekerja, meskipun ada Work From Home, tetap saja ada jadwal untuk ke kantor. Suamiku adalah seorang Musisi Jazz dan Instruktur Angklung di sebuah Sanggar Seni milik seorang Maestro lukis Indonesia. Pekerjaan utamanya sehari-hari adalah melatih Angklung bagi anak sekolah yang berkunjung ke Sanggar Seni tersebut. Jadi, setelah anak sekolah selesai melakukan aktivitas seni, sambil menunggu lukisan atau batik ikat celup nya kering, anak-anak akan diarahkan menuju aula untuk bermain Angklung.
Sebelum pandemi, Suamiku setiap hari memandu para pelajar bermain Angklung dan terbisa bertemu dengan banyak orang bahkan pernah mencapai 3000 orang dalam satu hari. Nah, ketika pandemi datang, kunjungan wisata seni otomatis dihentikan. Anak sekolah diliburkan, jangankan bermain Angklung, para pelajar dirumahkan untuk menjalani pembelajaran jarak jauh secara daring. Kehidupan di kantor Suami pun berubah, biasanya ramai dengan kunjungan hingga omzet milyaran, selama pandemi setahun ini, tentunya penghasilan kantor berkurang drastis. Suami tidak sampai di PHK sih, tapi gaji bulanan memang berkurang, apalagi ada jadwal WFH sehingga tidak ada uang transport dan uang makan, bahkan THR tahun lalu pun, pembayarannya dicicil. Meskipun begitu keadaannya, kami yakin bahwa rezeki Tuhan itu maha luas, Tuhan pasti akan memberikan kemudahan setelah kita berusaha melewati kesulitan. Alhamdulillah rezeki senantiasa mengalir dari tempat yang tak terduga.
Selain lika-liku pekerjaan, Suamiku juga batal untuk menghadiri undangan Festival Jazz di Jepang bulan Oktober kemarin karena alasan pandemi. Sebagai seorang Istri, aku sangat mengerti bahwa untuk sampai ke titik ini, Suami sudah rajin berlatih musik, namun aku hanya bisa berdoa dan tetap memberikan support kepada Suami. Untunglah Suami bermental kuat, Suami membeli buku-buku tentang musik Jazz. Salah satunya adalah buku Jazz Bisa Mengubah Hidup Anda karya Wynton Marsalis.
Buku Jazz Bisa Mengubah Hidup Anda berisi curahan hati dan pengalaman sang penulis Wynton Marsalis seorang Musisi Jazz. Bercerita tentang awal mendalami musik hingga saat berada di puncak karirnya. Tidak melulu hal pribadi, hal-hal umum seperti bagaimana pendengar akan otomatis menggerakkan anggota tubuhnya ketika mendengar alunan musik Jazz seperti swing atau lainnya. Walaupun Wynton menegaskan bahwa blues terlahir di Amerika. Namun pelajaran berharga lainnya didapat dari para mentor dan gurunya bahwa sebenarnya semua dapat memainkan dan memahami Jazz. Hal itulah yang membuat pembaca agar tetap semangat berkarya atau sekedar menikmati Jazz di tengah-tengah masa ketika sedang berada di rumah saja, bekerja dari rumah dan berkarya dari rumah.
Buku tersebut menginspirasi Suami agar memantaskan diri dengan meningkatkan skill agar suatu hari nanti, setelah pandemi berakhir, bisa tampil di panggung internasional lagi dan mengharumkan nama Indonesia.
Sebagai orang dewasa, mungkin kita masih bisa bersabar dan memahami keadaan ini, tapi bagi seorang anak balita yang belum memiliki adik, Anakku merasa kesepian di rumah, karena biasanya aku mengajak anak bermain bersama teman-temannya diluar rumah, kini lebih sering bermain di rumah. Segala macam permainan dibelikan agar dia tidak tantrum ketika bosan di rumah terus. Tak lupa aku juga sering membacakan buku sebelum ia tidur, salah satu buku favoritnya adalah Kumpulan Cerita Akhlak Terpuji karya Watiek Ideo & Fitri Kurniawan yang merupakan buku cerita anak bergambar. Buku tersebut sangat bagus sekali untuk mengajarkan anak agar santun dan baik pada sesama. Meskipun nama tokohnya sulit disebut atau dieja dan adapula namanya yang terlalu jadoel hahhaha. Bagaimanapun adab dulu baru ilmu, kan?
Buku ternyata bisa menemaniku saat beradaptasi selama pandemi. Bukan hanya aku, tapi Suami dan anak juga ikit beradaptasi dan larut membaca buku. Aku menyadari bahwa apa yang terjadi pada alam semesta beserta isinya ini tak terlepas dari ketentuan Tuhan yang maha kuasa. Daripada menginginkan apa yang orang lain dapatkan, lebih baik aku mensyukuri apa yang telah dimiliki. Alhamdulillah aku masih diberikan kesehatan, Suami yang bertanggung jawab dan anak yang cerdas. Pandemi ini juga membuat aku lebih mengenal diri sendiri, kebutuhan Suami dan anak, keluarga kami pun jadi semakin hangat. Kemarin adalah ulang tahun ke-7 pernikahan kami dan sebentar lagi juga ulang tahun ke-4 Si buah hati, semoga impian kami di masa yang akan datang bisa terealisasi.
Sekian tulisanku tentang Seni Menikmati Hidup di Tengah Pandemi, semoga kita senantiasa bersyukur, terus belajar dan produktif berkarya.
Salam hangat,
Sandra
Masyaallah, tetap bersyukur, tetap semangat ya, Mbak. Alhamdulillah, setuju banget, daripada hanya menginginkan apa yang orang lain miliki, lebih baik kita bersyukur atas apa yang telah Tuhan beri. Kalau dihitung pun nggak akan bisa saking banyaknya...Selamat ulang tahun pernikahan, langgeng dan berkah ya, mbak...
ReplyDeleteWahhh happy 7th wedding anniversary ya beb, udah lama bgt ya hihihi, aku baru 2th wkwkwk.
ReplyDeleteSecara finansial, rutinitas juga kesehatan mental keluarga kami juga berubah drastis sejak pandemi ini beb, bener2 harus beradaptasi waktu itu, tp ga semuanya buruk sih, skrg udah terbiasa, tapi tetap memanjatkan doa agar pandemi segera berakhir dan hidup normal lagi seperti dulu.
Happy 7th Wedding anniversary ya mba sandra, semoga makin harmonis. Di masa pandemi ini memang kita semua bagai di uji coba dengan alam dan keadaan yang terjadi ya. Kaget akan perubahan kesibukan yang enggak kayak biasanya, dan hal-hal lain yang kita terima. Memang sih kata bos ku juga perlu melatih pikiran agar lebih rileks yaitu dengan membaca buku.
ReplyDeleteNah buku diatas kayaknya memang cocok untuk melatih diri dalam seni menikmati hidup seperti apapun keadaannya hehe.
Semoga hal-hal positif yang tertulis di postingan ini juga bisa menyebarkan virus positif bagi pembaca sekalian sehingga kian lebih bersyukur dalam hidup yang kita alami saat ini, bahkan juga menjadi ingin lebih menikmati proses hidup dengan melatih diri membaca buku yang sesuai seperti buku diatas contohnya. Amin
Mashaallaah, ternyata me maintain diri dengan hobby bisa jadi salah satu cara menenangkan diri dan menjaga mental. Makasih sharingnya yaa teh, bermanfaat banget 🥰
ReplyDeleteSelamat 7 tahunnya ya teh semoga samwa selalu
ReplyDeleteSejak pandemi ini, ada semacam berkah terselubung yg aku rasakan, mba.
ReplyDeletesalah satunya, bahwa hidup ini sebaiknya memang SECUKUPNYA aja.
Sak madyo kalo kata org Jawa Timur/Tengah
Buku "Seni Hidup Bersahaja" ini mengusung value serupa.
Keren!
Alhamdulilah
ReplyDeleteikut bahagia bacanya teh Sandra, karena sayapun ngalamin perasaan tertekan
sampai timbul perasaan takut mati
Hihihi aneh pisan, karena itu saya menulis dan menulis
menulis kan butuh bacaan, sehingga otomastis input positif masuk dan hati saya tenang lagi
Wow, selamat ulang tahun ke-7 pernikahan yaaaa mbak Sandra 😍 Ternyata suami isteri ini sama2 nyeni ya makanya jodoh hehehe. Semoga rezeki tetap mengalir, bahagia, sehat2 selalu. Memamg meati banyak kesabaran saat pandemi ini. Barakallah ya 😊
ReplyDeletememang ya mbak, pandemi ini memberikan banyak perubahan dalam kehidupan kita
ReplyDeletetapi namanya hidup, harus tetap dijalani dan dinikmati tentunya
Aku pun gitu kak, perlu asupan gizi untuk lebih banyak membaca buku, baca ulasan di tulisan teman-teman komunitas blogger, dll.
ReplyDeleteYa, masalah bosan saat pandemi lintas usia semuanya mengalami, jadi harus dimaklumi secara bersama ya. tetap produktif di masa pandemi harus terus dijalani dan tetap semangat.
MashaAllah. Menilik judul-judulnya tentunya buku ini sarat pengajaran ya Mbak Sandra. Benar-benar materi berkualitas untuk mengisi masa-masa di rumah dan menikmati hidup selama pandemi.
ReplyDeleteMakasih banget referensinya. Saya cus pesan buku SENI HIDUP BERSAHAJA dan Kumpulan Cerita AKHLAH TERPUJI.
aku senang sekali membaca kutipan saat ini pijakan tiap orang hampir hilang dan menjadi stress. menikmati hidup ini sering kali menjadi hal yang sulit apalagi kalau bertemu dengan masalah-masalah yang tak kunjung menemukan solusi.
ReplyDeletehappy b'day semoga 7 tahun merupakan perkawinan yang lebih harmonis, semoga samawa ya kak sampe kakek nenek
ReplyDeletePandemi selalu meninggalkan hikmah besar bagi seluruh dunia termasuk keluarga.
ReplyDeleteHai Kak Sandra. Menginspirasi bukunya, karena di masa pandemi ini, memang kudu pandai menempatkan diri agar tetap happy ya.
ReplyDeleteSelamat 7 tahun pernikahan, Mba, semoga bahagia lahir batin. Pandemi ini memang mengajarkan kita banyak hal yaa, salah satunya adalah bersyukur dan bersabar
ReplyDeleteHappy 7th wedding anniversary ya, Mbak. Semoga semakin dieratkan dalam ikatan cinta karena-Nya. Aamiin.
ReplyDeleteSenang deh baca tulisan ini. Pandemi memang nggak kita undang, tapi juga nggak bisa serta merta kita usir. Beradaptasi, ini adalah kata yang paling tepat. Caranya, bentuknya, setiap orang mungkin punya caranya masing-masing.
gambarnya lucu ya ka, udah lama ga baca buku
ReplyDeletebukunya keren nih, sangat menginspirasi sekali. masa pandemi emang harus pinter2 kelola mental kita. Saya juga baca buku buat hiburan, selain nonton drakor dan nonton film dirumah. btw happy anniversary ke 7th ya. semoga awet sama nenek kakek.
ReplyDeleteSelain sibuk membaca buku pelajaran anak, novel dan majalah juga jdi temanku selama pandemi.
ReplyDeleteAnggap saja penyeimbang biar gak strrs selama nemeni anak daring wkwkwk
Bukunya sangat menginpirasi ya untuk meningkatkan mood booster saat pandemi seperti sekarang ini. Saya juga pencinta buku. Alhamdulillah banyak bahan bacaan yang bisa saya baca karena saya bekerja di Perpustakaan Kota Palembang
ReplyDeleteHappy wedding anniversary mbak! Aku klo baca ini jadi inget quotes what doesn't kill you makes you stronger! Semoga kita selalu diberi kekuatan ya mbak, terutama pas era new normal x pandemi
ReplyDeleteMba Sandra hepi wedding aniiversary ya, bahagia terus pokoknya ya MBa
ReplyDeleteaduh bukunya bikin mupeng untuk dikoleksi juga
Aww..sweet. selamat 7 tahun bersama yaa..dan begitu selamanyaa.. selalu ada yang bisa kita nikmati, sejauh rasa syukur yang melingkupi.
ReplyDeleteNice post!
Tumpukan buku ku semakin berkurang juga selama pandemi ini nih, ku perlahan-lahan kembali lebih rajin membaca seperti dahulu. Ya ada kebosanan juga karena meskipun Ibu Rumah Tangga, kadang kukeluar menghadiri event yang sedihnya selama pandemi ini ditiadakan. Tapi tak apalah semuanya ada hikmahnya.
ReplyDeleteSyukuri hidup meski di tengah pandemi, jaga kesehatan dan prokes, gak ke mana2. Itu aja sih aku 😎
ReplyDelete