Dear good people, minggu lalu jagad Instagram dihebohkan dengan #BenerinCashflow nya di akun Blogger Idolaque kak Andra Alodita yang juga seorang Artsy Mom. Jadi, kak Andra ini emang sudah saya follow sejak awal ngeblog, beliau terkenal saat musim Honey Lemon Shot yang segar dan menyehatkan, kak Andra juga IVF Warrior (yang sering nanya kapan atuh punya anak? Wajib baca perjuangan beliau). Dalam blognya alodita.com, saya belajar tentang kecantikan juga, tak jarang saya benar-benar terpengaruh untuk membeli produk yang dipakai kak Andra, selain itu yang paling penting saya juga mengambil banyak pelajaran dari Financial Journey beliau, padahal saya kuliah Manajemen, tapi terasa lebih mudah dan praktis sekarang deh hehe.
Kemarin-kemarin itu kak Andra mengajak kita #MerdekaSecaraFinancial bareng-bareng. Sudah deh, sekarang kita terbuka saja, masalah uang jangan dianggap tabu, supaya kita lebih maju dan sukses di masa depan. Jadi nih ya, saya tulisin
resume hasil
sharing kak Andra dan kak Randy selaku Financial planner ditambah pengalaman jujur dan
real saya dan Suami. Awalnya ragu sih mau
share ini, siapa tahu ada yang senasib dan berusaha merdeka juga. Ya, anggap saja pakai Betadine, emang sih awalnya perih tapi borok nya bisa sembuh, daripada dikasih gula-gula nanti diabetes. Semoga tulisan ini bermanfaat ya!
Happy reading guys...
Millenials problem (s) itu biasanya susah banget buat nabung, uang cuma lewat doang di rekening dan uangnya habis dipake buat
Lifestyle. Apalagi di era sosmed kayak sekarang ya guys, kalau nggak kuat iman bisa panjat sosial dan melakukan apa saja demi eksistensi, penah nggak sih tergoda buat beli baju kekinian,
traveling,
staycation, ngafe instagenik? Saya pernah tapi sekarang dan suka juga menghibur diri tapi nggak
inferior pada yang berlebihan, soalnya kan kita tidak tahu proses pencapaian seorang Selebgram, justru sekarang lagi kagum sama yang hidup
minimalist,
zero waste tapi aset maksimal.
Tahun 2012 awal kerja, saya nggak pernah punya tabungan mantep di rekening, padahal aslinya saya nggak pernah ngehedon, beli baju, nyalon, nongki di cafe tuh langka banget demi orang tua. Kerasa lah dulu gaji abis mulu, padahal saya juga nggak punya hutang, nggak nyicil motor, tapi emang bantuin ortu bangun rumah. The more you give, the more you get, Alhamdulillah sekarang punya tabungan.
Nah, buat yang memiliki millenials problem (s), bisa mulai benerin Cashflow dengan cara mencatat pemasukan dan pengeluaran kita, jangan sampai deh besar pasak daripada tiang, nyesek! Ada dua aturan untuk Benerin Cashflow. Yang pertama adalah spend less than you earn. Agar lebih memudahkan, buatlah enam pos-pos keuangan, yaitu:
1. Zakat/sedekah
Perhitungan zakat penghasilan itu hanya 2,5% setiap bulan, kalau sedekah sebanyaknya. Setiap bulan kami bisa transfer ke orang tua dan mertua, Alhamdulillah nggak pernah minta uang, ngerepotin atau pinjem uang. Ya, walaupun ngasih nya masih sedikit tapi kami jamin itu dari sumber yang halal. Kemudian lagi jadi kebiasaan nih, kalau lihat kotak amal, pengennya ngisi terus.
2. Dana darurat
Disarankan untuk menyisihkan 10-30% dari penghasilan,
single adalah 3 kali gaji (saya dulu boro-boro punya dana darurat, tabungan sebelum nikah saja dikit banget, tapi sekarang Alhamdulillah bahkan pernah rekening lebih banyak daripada yang nyari nafkah). Untuk yang
sudah menikah dan belum punya anak sebaiknya punya dana sebesar 6 kali gaji. Nah, bagi yang
punya anak 1 seperti kami, sebaiknya punya dana darurat untuk setahun atau dua tahun kedepan alias 12 kali gaji (Alhamdulillah sudah! Catatan: Suami bekerja dan saya Ibu rumah tangga, setiap rumah tangga punya kebutuhan berbeda).
3. Tabungan dan investasi
Beda ya sama dana darurat, tabungan dan investasi ini untuk masa depan misalnya membeli rumah/kendaraan secara tunai, umroh dan haji pun tanpa hutang. Idealnya kita bisa menyisihkan 10-20% dari penghasilan setiap bulan. Pernah mikirin nggak? Minimal kita harus punya tabungan 2 juta buat liang lahat, karena kuburan ternyata nggak gratis, masa mau ngerepotin yang masih hidup, sih?
4. Utang/cicilan dan kreditan
Kartu kredit kalau butuh dan bisa bayar ya nggak masalah asal jangan lebih dari 30% dari gaji, tapi saya dan suami nggak pakai, Alhamdulillah nya juga menikah tanpa utang jadi kebawa sampai sekarang prinsip hidup tanpa utang, badan langsing, rekening gendut, hemat pangkal kaya hehe.
5. Kebutuhan primer
Hitung semua pengeluaran dengan rinci agar kita tahu mana yang nggak dibutuhkan, terkadang kita memang terlalu banyak keinginan daripada yang sebenarnya kita butuhkan. Nah, saya dan Suami bukan tipe anak Akuntansi sih ya, pernah awal nikah saya nyatet pengeluaran malah stress hahah jadi saya nggak pernah nyatet karena tahu mana yang butuh, mana yang nggak penting, mungkin karena nggak punya beban hutang kali ya, kalau kalian punya emang wajib dicatet, supaya nggak kebablasan.
6. Hobi/lifestyle
Nah, setelah lima pos diatas teratur, baru deh bersenang-senang dengan kesukaan (jangan kebalik, ngehedon dulu sampe lupa sedekah). Tapi saya lagi males belanja bahkan untuk alat gambar, mau pakai yang ada saja dimaksimalkan, berbeda dengan Suami yang membutuhkan Bass baru, tapi selama hobi atau
passion nya bagus bahkan menghasilkan, nggak masalah sih mengeluarkan dana untuk hobi karena hobi itu langkah awal agar kita tidak menua tanpa karya. Alhamdulillah juga masih bisa ngajak anak jalan-jalan, yang penting anak
happy, mommy
refreshing dan papi juga dompetnya nggak jebol hehe.
Jika masih belum bisa ikut alur kebiasaan yang disarankan sedekah-dana darurat-tabungan-hutang-kebutuhan-gaya hidup, lebih baik masuk aturan cashflow nomer dua yaitu:
Earn more than you spend, tapi prinsip kami sih jangan ngejar duit nanti capek, lebih baik dikejar duit. Gimana caranya?
Think Creative!, sekarang kita semua punya kesempatan yang sama, tinggal mau atau tidak? Lebih baik kerja keras sekarang, membangun aset agar di hari tua tidak lelah atau merepotkan anak. Selain kerja keras, kita juga harus kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas.
Oh ya, ada catatan tambahan:
Membuat beberapa rekening, penting banget memisahkan rekening Suami Istri karena pepatah Cina mengatakan, jangan simpan telur di keranjang yang sama. Sebelumnya sudah pernah dibahas di blog kalau saya sudah hijrah ke Bank syariah, jadi hijrah itu bukan soal hijab saja tapi keuangan juga, sebisa mungkin menghindari yang namanya riba. Saya dan Suami ingin menegakan yang benar, bukan membiasakan yang baik saja karena yang baik belum tentu benar.
Saking sayangnya saya pada seseorang, saya menyarankan agar beliau juga membuat rekening terpisah dengan Suami, tapi beliau menolak (tanpa membaca terlebih dahulu, orang Indonesia minat baca rendah, lebih suka dikasih ikan daripada kail, jangankan buku, saya yakin dia nggak akan baca blog ini heheu), katanya Suami nya baik, percaya tapi bisa saja orang berubah, kan? Kemudian saya bilang lagi, ya nggak apa-apa 1 buat sehari-hari dan 1 lagi buat pendidikan anak, tapi beliau menolak kembali, biar dipisahin sendiri saja.
Kenapa sih saya repot ngurusin duit orang segala, karena saya tahu beliau hutang nya banyak, hutang usaha, belum hutang nikah dan sehari-hari, saya kaget karena saya ngumpulin uang segitu susahya minta ampun, ternyata orang lain malah minus. Bukankah kalau orang terlilit hutang piutang itu self control dan financial management nya kurang bagus? Sedih ya, sesulit itu menyuruh orang menabung, mungkin ilmu saya tidak cocok untuk orang terdekat, tapi cocok untuk kamu, iya kamu yang nggak punya alasan untuk sukses karena alasan untuk gagal itu banyak.
Pakai aplikasi pengatur keuangan dan jujur menjadi diri sendiri, jangan demi gaya tiap akhir bulan merana. Oke, selanjutnya saya akan sharing tentang mengumpulkan dana darurat sebagai proteksi karena Tuhan sudah menyuruh kita agar jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah. Dana darurat itu penting karena terkadang ada hal-hal yang tidak bisa kita hindari semacam bencana alam, krisis dan PHK.
Saya dan Suami sebenarnya bukan tipe orang yang suka menghitung-hitung harta kekayaan, takut seperti Qarun dan Firaun, tapi biar tenang, yuk hitung dana darurat apakah sudah 12 kali gaji atau pengeluaran perbulan? Alhamdulillah sudah, bahkan sejak sebelum saya hamil, jadi kami punya dana darurat sebelum punya Gen tapi bisa menghidupi 3 orang untuk setahun.
Alhamdulillah hikmah mempersiapkan kehamilan, nggak buru-buru, jadi puas honeymoon dan baru ngeh sampai punya dana darurat. Apakah kami sudah merdeka secara financial? Tentu saja belum, kami harus menabung lebih banyak lagi untuk tempat tinggal, pendidikan anak, traveling, bantu orang tua dan siapa tahu kami akan tinggal di luar negeri, kan? Lalu, bagaimana cara kami mengumpulkan dana darurat? Ternyata kami mengikuti saran benerin cashflow 1 dan 2, tapi kami nggak punya hutang/cicilan atau kreditan hehe.
Kenapa sih saya kekeuh banget nggak mau punya hutang? Karena hutang itu berat, tidak ada dinar dirham di akhirat kelak, orang selalu bilang kalau nggak nyicil nggak akan punya, tapi saya yakin punya Tuhan yang maha kaya, saya takut kalau saya nyicil untuk punya, nanti Tuhan ambil semuanya lewat musibah. Tuhan yang menyuruh saya menjauhi riba, Tuhan pula yang melancarkan rezeki saya.
Dana darurat kayak gimana sih? bisa berbentuk Deposito, sebaiknya Deposito syariah supaya halal dan bagi hasil, jadi lebih jelas meskipun bagi hasilnya tidak sebesar bunga bank konvensional. Kemudian logam mulia atau emas batangan, jangan perhiasan yang Istri pakai, itu mah harga jualnya rendah. Kalau mau ikut saham dan investasi lainnya juga boleh kok selama aman dan paham. Buat kalian yang masih berjuang mengumpulkan dana darurat, yuk benerin dulu cashflow-nya, supaya kita sama-sama menuju financial freedom!
Mungkin sekian dulu ya sharing-nya, gimana teman-teman, kalian juga sudah punya dana darurat, kan? Silakan isi kolom komentar bagaimana cara kalian mengatur keuangan. Apabila merasa artikel ini bermanfaat bantu share ke sosial media ya, terima kasih.