Dear healthy people, saya mau cerita pengalaman yang kurang mengenakan tentang Asuransi atau Jaminan kesehatan. Kami sih selalu berdoa agar senantiasa sehat, biarlah premi itu sebagai amalan yang siapa tahu bisa bantu saudara kita yang sedang sakit.
Sampai beberapa hari lalu sebelum melahirkan, Suami sakit. Saya bingung soalnya Suami jarang banget sakit dan kalau sakit paling pilek batuk biasa gak serewel gitu. Kebayang dong Bumil 9 bulan ngurus Suami yang sakit, hampir seharian demam, besoknya saya mengantar Suami ke klinik yang ditunjuk Asuransi. Buset gak sore gak pagi antri buat ngambil nomer aja 45 menit. Kami berdiri dan tidak ada yang mempersilakan Ibu Hamil duduk (bahkan Petugasnya cuek saja), ini di Klinik Kesehatan ya, bukan di Bis Kota, mana kita belum sarapan hiks.
Akhirnya kami pergi ke Dokter lain dan merogoh kocek sendiri. Kalau dulu sih, perusaahan sebesar kantor Suami uang penggantian 90% ditanggung kantor, bebas mau periksa di faskes mana saja. Kebijakan dan peraturan merubah segalanya. Setiap bulan gaji Suami dipotong premi yang kalau dihitung bisa mencapai Rp 2.000.0000/ tahun ya belum termasuk rasa kesal dan keribetannya. Intinya, uang yang kami pakai untuk periksa/berobat enggak nyampe segitu, terkadang kami harus mengeluarkan uang tambahan atau uang pribadi untuk fasilitas yang lebih baik.
Saat ke Dokter, mood kami membaik karena tidak usah ngantri, langsung periksa, petugas dan dokter ramah serta komunikatif, kami sangat puas. Energi positif tersebut membuat Suami akhirnya mau makan. Sambil menikmati Soto Betawi, kami membicarakan: gimana ya kalau kita enggak punya Asuransi? Mungkin ada beberapa hal yang harus di lakukan yang sebenernya tetap dipersiapkan saat punya Asuransi sekalipun!
- Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan. Memang Tuhan menyuruh kita untuk berencana dan jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah, tapi terkadang kita bisa kebablasan dengan gaya hidup yang tidak sehat sehingga merasa : Tenaaang, ada Asuransi ini. Padahal seharusnya kita meminta perlindungan dan pertolongan dimanapun dari Tuhan. Orang zaman dulu enggak punya Asuransi tapi hidupnya sehat, bahagia, penyakitnya enggak aneh-aneh meskipun ibadahnya masih banyak yang dhaif tapi mereka yakin kepada sang Maha pencipta dan Maha penyembuh.
- Mencari Rezeki yang Halal. Zaman sekarang sakit itu bukan perkara fisik tapi juga mental, banyak orang kaya tapi hati nya gelisah. Supaya terhindar dari penyakit lahir batin, kita harus berusaha sekuat tenaga menghindari rezeki dari sumber yang haram.
- Perbanyak Tabungan dan Investasi. Sisihkan dana darurat, biaya premi dialokasikan membeli sayur dan buah-buahan biar sehat selalu. Jangan lupa olahraga dan sedekah setiap kali melihat kotak amal.
Toh, dulu pertama kali pakai Asuransi berasa penuh drama deh. Waktu itu saya melakukan pencabutan sisa gigi susu (yang takutnya mengganggu pas hamil). Setelah daftar (daftarnya pun dibatas lho apalagi poli gigi mengingat waktu praktik hanya 4 jam saja) lalu antri selama 2 jam, dicabutnya hanya 2 menit. Kemudian untuk scaling ya enggak di cover padahal itu penting banget, minimal 6 bulan sekali lah ya, kami ke Dokter Spesialis Gigi dan membayar Rp 400.000 dengan pelayanan yang memuaskan. Ruangan bagus, Petugas dan Dokternya care. Jadi, di negeri tercinta ini, Asuransi diperlukan untuk sesuatu yang darurat dong? Padahal yang lebih utama adalah perawatannya, kalau gigi enggak dirawat kan berabe, bisa nambah biaya dan kesakitan yang luar biasa kan? Makanya saya heran ada orang yang pakai Asuransi yang sama tapi bisa scaling, apakah karena Dokternya kerabat? Entahlah.
Ketika saya hamil, ada yang nyaranin langsung USG ke obgyn, ada yang nyuruh ke Bidan bahkan adapula yang melarang karena "belum kelihatan, percuma" yah namanya juga hamil anak pertama pasti penasaran, akhirnya pulang kerja kita ke Klinik. Seperti biasa suasananya penuh banget sama pasien, kami kan gak tahu ya kalau klinik ada afiliasi dengan para Bidan makanya kami bilang mau minta rujukan ke Obgyn, malah dikasih no antrian ke dokter umum, antriannya no.38 dong! Ah pulang ke rumah dulu, makan, mandi, solat, balik lagi masih harus antri sejam, udah gitu kalo ada antrian yang kelewat musti nunggu lagi, pas masuk dokternya heran dan bilang: kalo engga ada keluhan, hamil normal ke bidan aja gausah ngantri ke saya, minta rujukan ke bidan aja di depan, kenapa ga nanya dulu, wajah Dokter seolah bilang " ngapain lu cape-cape kesini". Ok, saya dan suami tatap-tatapan seperti kurang paham sosialisasi. Dokter yang tegas gatau cape atau jutek itu mempersilakan kami keluar dan saya bete sama adminnya tapi ditahan karena saya harus hamil cantiks, minta rujukan deh ke Bidan yang bekerja sama dengan klinik. Huh tau gitu tadi gausah ke dr umum segala, langsung aja ke bidan, bayar, beres.
Saya juga baru tahu kalau saya belum melahirkan, uang periksa yang di cover Asuransi nya belum ditransfer ke Bu Bidan lho, kan kasihan ya. Lagian kalau melahirkan normal di Bidan, potongannya gak nyampe setengahnya kok cuma Rp 600.000, kalau Caesar di RS ada yang bilang gratis, ada juga yang bayar, entahlah yang pasti kami selalu berdoa agar dimudahkan mencari rezeki yang halal, berkah dan banyak, senantiasa sehat lahir batin, dipermudah segala urusan biar amit-amit kalau sakit enggak bergantung sama Asuransi, bayar sendiri ke fasilitas kesehatan terbaik, kan uangnya banyak.
Kami juga ingat ketika ada kerabat dekat yang ikut Asuransi, setia membayar premi Rp 500.000/bulan namun saat harus operasi besar ternyata enggak di klaim sepeserpun karena penyakit yang di derita tidak terdaftar di awal perjanjian hiks. Memang Asuransi itu salah satu usaha preventif bahkan dalam firman Tuhan kita diharuskan berusaha, berencana supaya tidak meninggalkan generasi yang lemah, tapi apalah daya jika sistemnya malah merugikan, harus bayar tepat waktu tapi saat pencairan klaim prosesnya ribet dan ada unsur yang tidak jelas akadnya.
Kami jadi merasa perlu namun kadang tak perlu jadinya, syukurlah kalau ada Asuransi kantor yang bagus tak ada salahnya dimanfaatkan, jangan sampai saat sakit kita seperti meminta-minta obat gratis padahal tiap bulan kita membayar premi, kalau kalian pakai Asuransi jugs nggak? Sharing yuk biar nambah pengalaman dari sudut pandang berbeda...sehat selalu ya kita, aamiin.
Mungkin sobat mau baca juga:
aku dulu dpt asuransi kantor jd sisanya tabungan sendiri hehhehe smg sehat sll y mba
ReplyDeleteAamiin makasih mbaa cantiks
DeleteTerima kasih tipsnya :)
ReplyDeleteiya dulu pns kayak suamiku bisa beroabt dengan segaal penyakit skrg setelah jd bpjs, banyak yg gak dicover
ReplyDeletebeb asuransi emang penting jaman sekarang. Terlebih kita tidak tau esok hari atau lusa akan seperti apa.. sayangi badan selagi sehat dan selalu waspada akan kesehatan itu penting y sisttt :)
ReplyDeleteIya sist penting, semoga kita senantiasa sehat lahir batin aamiin
Delete10 thn kerja di perusahaan skr, alhamdulillah asuransi kantor blm prnh nyusahin sih.. 2x cesar juga pake asuransi kantor ini dan gampang banget proses semuanya.. Tinggal gesek dan selesai.. Alhamdulillahnya lagi, premi kita sekeluarga 100% dari kantor dan bukan dipotong dr gaji. Ga tau apa yg salah kalo ada asuransi yg justru nyusahin gt ya mba.. Tp memang kok, ada temen yg prnh cerita , dia pake asuransi saat berobat, dan prosesnya malah ribet. Dan aku jdnya malah menghindari banget asuransi dia itu :D. Kan sering tuh yaaa suka ada sales nya yg nelpon k hp, kalo udh dari asuransi itu, aku tutup lgs :p
ReplyDeleteWoa lucky u Mba Fanny, iya klo sc temen ku juga gratis heheu wahhh sama aku juga ga suka kalo ada telemarketing asuransi heheu
Delete